Kamis, 28 April 2011

Cepat Bosan Beresiko Cepat Mati


TEMPO Interaktif, London -- Rasa bosan beresiko dengan mati usia muda. Para peneliti mengungkapkan bahwa seseorang yang mengeluh bosan beresiko mati muda dan mereka yang mengalami kebosanan tingkat tinggi lebih beresiko meninggal karena penyakit jantung atau stroke dibanding mereka yang puas dengan nasib mereka.


Lebih dari 7.000 pegawai negeri sipil telah diteliti hampir lebih dari 25 tahun. Hasil yang ditemukan, mereka yang mengatakan bosan hampir 40 persen telah meninggal pada akhir penelitian daripada mereka yang tidak.

Para ilmuwan mengatakan ini bisa menjadi akibat dari seseorang yang tidak bahagia dengan kehidupan mereka lalu berpaling menuju kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok atau minum-minuman beralkohol yang dapat mengurangi harapan hidup mereka.

Spesialis dari Departemen Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat Universitas College London, mempelajari data dari 7.524 pegawai yang berusia antara 35 dan 55 yang diwawancarai antara tahun 1985 dan 1988 tentang tingkat kebosanan. Lalu mereka mencari tahu apakah mereka sudah mati pada April tahun lalu.

"Temuan pada penyakit jantung menunjukkan ada cukup bukti untuk mengatakan ada kaitannya dengan kebosanan," kata Martin Shipley, peneliti yang ikut menuliskan laporan yang akan diterbitkan dalam International Journal of Epidemiology, pekan ini. "Ini sangat penting bahwa orang yang memiliki pekerjaan yang membosankan, memiliki cara mengusir rasa bosan di pantai, ketimbang dengan minum beralkohol atau merokok," ujarnya.

"Adalah penting untuk membedakan antara sebab dan akibat. Apakah orang-orang yang berpaling ke minuman dan obat-obatan diakibatkan rasa bosan atau karena memiliki karakteristik tertentu," tambah Psikolog Graham Harga.

Bagi banyak orang yang tidak mempunyai motivasi atau tidak terinspirasi oleh hidup, atau mungkin memiliki kecenderungan terhadap depresi, jalan keluarnya adalah mengubah fokus mereka menjauh dari diri sendiri dan orang lain. "Yang tadinya menjadi aku, mereka harus mengubah pola pikir menjadi apa yang bisa dilakukan untuk keluarga saya, teman-teman saya, kolega saya, bahkan bos saya," sarannya.

Hasil survei juga menjelaskan satu dari sepuluh karyawan menemukan bahwa wanita yang mengalami kebosanan lebih menderita dua kali lipat dibanding yang dirasakan lelaki. Karyawan yang lebih muda dan lebih banyak mengerjakan pekerjaan kasar, juga lebih rentan mengalami kebosanan.

Dari hasil penelitian tersebut, dilaporkan sebanyak 37 persen yang mengalami kebosanan telah meninggal diakhir penelitian tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar